01.46 | Posted in
Dalam suatu kisah, ... diriwayatkan :
Pada suatu hari, Ihsan bin Yusuf berwudhu untuk melaksanakan shalat bersama Hatim al Asham.
Ihsan bin Yusuf merasa heran, ... karena Hatim al Asham tak segera berwudhu, ... malahan berdiri lama di depan bak air, ... sampai akhirnya Ihsan bin Yusuf bertanya kepada Hatim al Asham.
Wahai Hatim,
kenapa engkau hanya berlama-lama disitu dan tidak segera berwudhu?
Hatim al Asham menjawab :
Saya sedang berwudhu bathin terlebih dahulu
Dijelaskannya oleh Hatim al Asham
Wudhu bathin adalah membersihkan jiwa dengan tujuh pembasuh, yaitu :
Taubat
Penyesalan
Tak SILAU harta
Tak SUKA dipuji
Tak BERNAFSU menjadi yang terbesar
Tak MENYIMPAN dendam
Tak MENYIMPAN dengki
Setelah itu barulah kulakukan wudhu dzahir dengan air
Sebelum shalat, aku, ... kata Hatim al Asham, mengendurkan terlebih dahulu seluruh nafsu jasmani,
Agar Ka'bah terlihat oleh mata hatiku
Agar aku berada diantara hajatku kepada Allah dan rasa takutku kepada Rabb-ku
Kubulatkan keyakinanku bahwa Allah sedang memandangku, menjanjikan Surga disebelah kananku dan neraka disebelah kiriku
Agar aku merasa malaikat maut berada dibelakangku, siap menjemputku seraya menunggu panggilan Tuhan kepadaku
Karena itu, ... aku selalu berfikir, ... bahwa itulah shalatku yang terakhir
Mendengar uraian sahabatnya itu, ... Ihsan bin Yusuf menetesken air mata
Oooh, ... betapa damai dunia, ... jika shalat adalah pengabdian tulus tanpa pamrih, seperti shalat dan wudhunya Hatim al Asham
Melihat kisah diatas, ... ... kita bertanya kepada diri kita :
Apakah shalat dan wudhu kita sudah seperti Hatim al Asham?
Atau shalat kita , ... hanyalah penambah aroma riya dan hanyalah artificial yang sia-sia?
Dan itulah yang dicemaskan oleh Baginda Rasulullah SAW tatkala bersabda :
Akan datang suatu zaman menimpa umatku, jika tidak berhati-hati, maka FITNAH bakal tersebar luas bagai penggalan malam yang gulita, - atau malamnya mengaku beriman paginya sudah kafir dan paginya mengaku beriman malamnya sudah kafir - Agama dijual untuk memperoleh kesenangan duniawi (H.R. Ahmad)
Bila kita tidak be-instrospeksi dari hadist diatas, maka dikhawatirkan :
Agama tidak lagi berfungsi untuk pembinaan pribadi
Agama hanyalah sebagai alat mengobarkan emosi demi kesuksesan ambisi
Shalat dikerjakan hanya untuk riya
Shalat dikerjakan bukan untuk sarana berdialog dengan Tuhan
Jauh sekali bedanya dengan keberagamaan Hatim al Asham
Category:
��

Comments

0 responses to "" Sholat dan Wudhu ""